Allah Turun Ke Langit Bumi
Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan
Allah Turun Ke Langit Bumi ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 23 Rabiul Awal 1443 H / 29 Oktober 2021 M.
Kajian Tentang Allah Turun Ke Langit Bumi
Allah Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit bumi di sepertiga malam terakhir. Terjadi penyimpangan di dalam memahami sifat ini dari kalangan ahlul kalam, sebagaimana tradisi mereka di dalam mempelajari sifat-sifat Allah. Tidak diragukan bahwa ahlul kalam mengingkari sifat ini.
Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengikuti Rasulullah, mengikuti para sahabatnya, mengikuti imam-imam Ahlus Sunnah dari dahulu sampai saat ini, mereka semua sepakat di dalam mengimani seluruh sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, termasuk sifat an-nuzul (turunnya Allah Subhanahu wa Ta’ala) ke langit dunia di sepertiga malam terakhir.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ، يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرُ لَهُ
“Rabb kami Tabaaraka wa Ta’alaa turun ke langit dunia pada setiap malam ketika tinggal sepertiga malam terakhir, lalu berfirman: ‘Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan do’anya, barangsiapa yang meminta kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi permintaannya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepadaKu, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan hadits tentang sifat nuzul (turun ke langit bumi), itu didengar oleh para sahabat. Disebutkan oleh para ulama bahwa hadits yang menjelaskan tentang sifat turunnya Allah ke langit bumi mutawatir, diriwayatkan lebih dari 28 sahabat Nabi yang mulia. Mustahil mereka berdusta, mereka meriwayatkan hal demikian kemudian menyampaikan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Kemudian kumpulkan oleh para ulama hadits di dalam kitab-kitab mereka.
Di antara para ulama yang menyebutkan bahwa hadits itu mutawatir adalah Ibnu Abdil Barr (ulama maliki), Ibnu Taimiyah (ulama hambali), Adz-Dzahabi (ulama syafi’i), Ibnul Qayyim (ulama hambali), dan ulama-ulama yang lain Rahimahumullah.
Bahkan Imam Adz-Dzahabi menjelaskan:
وقد ألفت أحاديث النزول في جزء وذلك متواتر
“Aku telah menulis sebuah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits tentang turunnya Allah ke langit bumi, dan itu adalah mutawatir.”
Jadi ini bukan monopoli madzhab tertentu, ini merupakan aqidah ‘Ahlus Sunnah lintas madzhab yang menetapkan sifat Allah. Tidak ada yang menyelisihi mereka kecuali ahlul kalam pengikuti Jahmiyah.
Menit ke-25:26 Tatkala Abu Bakar, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Darda dan yang lainnya mendengar hadits tersebut, apakah terbesit dalam benak mereka ‘kalau Allah turun berarti ‘Arsy kosong?’ Demi Allah tidak ada yang terbesit dalam benak pikiran mereka seperti itu.
Sebagai bukti ternyata tidak ada yang komplain dari para sahabat. Dan jika ada yang berkata: ‘mungkin itu karena mereka tidak mau bertanya saja’, maka kita jawab bahwa ini asumsi yang negatif tentang para sahabat. Mereka memahami bahasa Arab, telah perpatri dalam hatinya untuk mengimani apa yang datang dari Allah da RasulNya. Telah bersemi di dalam hatinya pengagungan kepada Allah.
Mereka membaca hadits tentang bagaimana kursi, bahkan ayat menjelaskan tentang kursi tersebut. Mereka membaca bagaimana Allah akan menggenggam bumi dan langit dalam satu genggaman digulung dengan tangan kananNya. Mereka juga membaca:
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada yang serupa dengan Allah, Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura[42]: 11)
Mereka membaca bahwa apabila datang dari Allah dan RasulNya suatu berita atau perintah, maka mereka akan sami’na wa atha’na. Mereka mengetahui bahwa ini perkara yang ghaib, jika tidak terdapat di dalam Al-Qur’an penjelasan tentang hal itu dan Rasul tidak menyampaikan kepada mereka, maka mustahil mereka akan berbicara tentang hal itu.
Sementara kebutuhan untuk mengenal Allah dan mengetahui keagungan dan kemuliaanNya merupakan kebutuhan jiwa. Karena jiwa akan gersang, gelisah, sakit, dan tidak merasakan lezatnya keimanan tanpa mengenal Allah. Lalu bagaimana mengenal Allah? Tidak akan mungkin bisa direkayasa, tidak akan mungkin bisa dengan logika, tidak akan mungkin bisa lewat mimpi.
Mengenal Allah hanya bisa dengan wahyu. Maka Allah turunkan Al-Qur’an, Allah jelaskan tentang diriNya agar kita kenal kepada Allah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan hadits-hadits tentang ini agar umatnya mengetahui siapa Allah Rabbul ‘Alamin. Rabb yang kita ibadahi, yang memiliki keagungan, kemuliaan, keindahan, kebaikan, kesempurnaan, keperkasaan, dan seluruh makna kebaikan. Ini adalah kebutuhan primer jiwa kita.
Maka adakah salah seorang dari sahabat Nabi mempermasalahkan hadits ini? Lalu kenapa ahlul kalam mempermasalahkan hadits ini? Apakah ahlul kalam yang lebih mengagungkan Allah daripada Rasulullah dan para sahabatnya? Apakah ahlul kalam lebih berilmu tentang Allah daripada Rasulullah dan para sahabatnya? Apakah lebih jenius dari Rasulullah dan para sahabatnya dalam beragama? Apakah lebih menguasai tentang bahasa Arab daripada mereka?
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50959-allah-turun-ke-langit-bumi/